Senin, 26 November 2018

Remember

Sore hari ini tidak seperti hari-hari biasanya. Langit tampak begitu gelap, seakan sedang membendung dan ingin menumpahkan segala isinya. Suara gemuruh langit pun lama-kelamaan mulai terdengar seakan berteriak kepada bumi ini. Setelah itu hujan turun sangat deras sampai aku tidak lagi bisa fokus mendengar alunan musik yang sedang kuputar. Aku memutuskan untuk keluar dan menggapai gagang pintu depan, mengamati satu persatu hujan yang turun membasahi halaman depan rumahku. Aku duduk di depan pintu mengamati keindahan yang selalu aku rindukan ini. Hujan terlihat sangat keras menghantam pekarangan hijau di depan rumah, hingga airnya tergenang di atas rerumputan. Tanah sudah tidak sanggup menjalankan fungsinya untuk menyerap air karena begitu banyak dan cepatnya hujan yang menghantam.

Hujan selalu mengingatkan aku dengan diriku sendiri.
Aku, 
yang sering terjatuh di tempat yang sama,
yang sering datang kembali saat sudah selesai,
yang terlalu nyaman dengan keadaan hingga sulit berhenti,
dan Aku,
yang tidak pernah diharapkan untuk datang.

Aku tersadar dari lamunanku ketika seorang satpam melewati depan rumahku dan menegur aku yang sedang duduk termenung di depan rumah. Aku salut dengan satpam tersebut. Dia rela menerjang derasnya hujan demi keamanan oranglain. Padahal dia tidak seharusnya mengorbankan kesehatannya demi oranglain, dia masih tetap dapat melakukan pekerjaannya menyesuaikan dengan kondisi yang ada.

Dan aku kembali dengan pikiranku,
Tidakkah aku pernah melihat "sedikit" perjuangan seseorang terhadapku?
Aku sering mengabaikan perjuangan seseorang.
Tanpa aku pernah berpikir, apa saja yang sudah orang itu korbankan demi aku
Dan apa yang orang dapatkan setelah mengorbankan dirinya untukku?
Apa aku pantas dengan diriku ini?
Yang selalu memikirkan diriku sendiri,
Yang selalu memberikan prioritas yang tidak jarang salah,
Yang selalu memperjuangkan hal yang tidak sepantasnya aku perjuangkan?
Tidak.
Aku tidak pantas dengan diriku ini.
Aku tidak pantas untuk hidup dengan diriku yang menyedihkan ini.
(At least, menyedihkan buatku)

Hati dan pikiranku seakan asik sendiri untuk sama-sama mengeluarkan pendapatnya. Badanku mulai lelah untuk menanggapi konflik yang semakin meledak di dalam diriku. Aku kembali masuk ke dalam rumah, berusaha untuk menenangkan diri. Teman-temanku sedang tidak ada di rumah, akhirnya kuputuskan untuk kembali ke kamar. Melihat sekeliling yang ada di kamar. Mulai dari lemari, meja rias, meja belajar, kasur, jendela, dan mataku berhenti menatap pemandangan yang kadang tidak aku sadari keberadaannya. Kumpulan foto yang sengaja aku letakkan di kamar. Sungguh banyak sekali kenangan yang ada di dalamnya. Aku duduk dan menatap foto tersebut. Dan konflik mulai terjadi lagi di dalam diriku ini.

Ya, aku sering melupakan mereka.
Mereka selalu disana, di tempatnya
Mereka tidak pernah pergi, bahkan ketika aku pergi
Mereka tidak pernah menghilang, bahkan ketika aku hilang
Sungguh, aku benar-benar orang yang tidak pantas untuk mereka

Aku alihkan pandanganku ke handphone yang ada di depanku ketika handphoneku tepat sekali bergetar dan memunculkan nama mereka di layar. Mereka selalu memberikan kabar secara rutin terhadapku, tapi bukanlah aku yang menjadi pembuka obrolan ini. Mereka selalu ada ketika aku melewati masa-masa tersulitku, tetapi kadang aku tidak mengetahui ketika mereka sedang berada dalam keadaan sulit. Aku dengan diriku yang egois ini, apakah bisa aku membalas semua ini? Entahlah..

Kemudian aku mulai tersadar bahwa selama ini aku melupakan apa yang telah menjadi prinsipku. Selama ini aku hidup, dengan kehidupan yang bahkan terasa aneh untukku. Aku semakin merasa ini adalah bukan diriku yang sebenarnya. Entah sejak kapan aku berubah menjadi oranglain.. Tetapi aku harap oranglain tidak pernah berubah terhadapku (semoga saja).

-Remember why you started-

Rabu, 26 September 2018

S.o.r.r.y.

I'm sorry
For loving you too much
For missing you
I'm sorry for wanting to see you every single day
For always thinking about you before I go to sleep
For feeling upset for not seeing you
For always wanting to be by your side
For wanting to make you happy
For wanting you to be part of my life
For trying so hard just to make you smile
I'm sorry for bothering you
For dreaming about you everyday
I'm sorry for getting sad, mad, and jealous at you
I'm sorry for being just a simple game
Sorry for annoying you in every calls and messages
I'm sorry for caring for you
And I'm sorry for thinking that you actually love me
I'm just sorry for all my mistakes
Good bye.

Be(lie)ve

Kebenaran bukanlah hal yang tidak memiliki keterkaitan dengan kebohongan. aku rasa kata tersebut sama-sama memiliki kekuatan untuk saling melawan, entah yang mana yang akan terlihat di permukaan. Tuhan menciptakan dua hal tersebut di wadah yang sama sehingga keduanya adalah hal yang menjadi pilihan seseorang untuk menjalani hidupnya. pilihan tersebut yang akan menjadi ikon bagi seseorang, akan menjadi peran yang bagaimana di hidupnya bahkan di hidup orang lain. dan percaya adalah hasil yang orang lain dapatkan.
Percaya adalah hal yang sangat sensitif untuk dilakukan. tidak mudah untuk memberikan rasa percaya kepada orang, apalagi sebuah kepercayaan. aku pikir tidak sedikit orang yang tertipu dengan kebenaran yang dilapisi dengan kebohongan, pun aku. bahkan aku pikir segala kata percaya mengandung kebohongan di dalamnya. walaupun kebenaran sering lebih kuat dan dominan, namun kandungan kebohongan akan tetap terlihat suatu saat nanti. aku tidak sedang berbicara tentang titik hitam di atas kertas putih, aku rasa hal tersebut sangat berbeda konteks. buatku adalah setiap manusia tidak perlu menjadi seseorang yang sempurna, maka kesalahan adalah hal yang biasa. mis(take) adalah hal yang menjadi konsekuensi yang kita (akan) dapatkan dalam mengambil suatu keputusan. buatku, kesalahan bukanlah hal yang buruk. berbeda dengan kebohongan. seorang guru selalu mengingatkan aku bahwa lebih baik kita berbuat salah daripada kita menjadi seorang pembohong. karena kesalahan dapat diperbaiki, tapi bagaimana dengan kebohongan? apakah kebohongan dapat diperbaiki dan mengembalikan rasa percaya? aku yakin tidak. karena pada dasarnya, manusia mudah untuk memaafkan tapi tidak melupakan.
Mungkin bohong adalah hal yang harus dilakukan untuk membuat orang percaya. tapi apakah hal tersebut dapat diterima oleh orang banyak? buat aku pribadi tidak. aku sangat tidak setuju dengan istilah "berbohong untuk kebaikan". aku pikir segala kebohongan adalah hal yang salah, tidak ada kebohongan yang baik. yang ada hanyalah orang yang berusaha untuk tetap menjadi baik setelah melakukan kebohongan. karena buatku, bohong akan menjadi suatu identitas apabila selalu dilakukan. tidak hanya bohong. apapun hal yang selalu dilakukan berulang kali akan menjadi suatu identitas yang kita bangun sendiri, dan identitas bukanlah hal yang mudah untuk di hapus. sebut saja sebagai suatu "kepribadian". karena tidak banyak orang yang dapat percaya lagi kepada seorang pembohong.
Aku berbicara seperti ini bukan berarti aku adalah manusia yang tidak pernah melakukan kebohongan. aku pernah melakukan kebohongan. tapi aku selalu berusaha untuk menjadi orang yang jujur kepada setiap orang yang mempercayai aku, karena aku tahu bagaimana rasanya dikecewakan dari suatu kebohongan. sekecil apapun hal itu, aku lebih memilih untuk berkata apa adanya. karena jika hal kecil dilakukan melalui cara bohong, bagaimana dengan hal yang besar? aku percaya bahwa hal benar akan selalu mengalahkan suatu hal bohong.

dan untuk segala kebohongan yang ada,

aku sudah beradaptasi dengan semuanya,

tanpa perlu penjelasan dan kejelasan,

aku akan berusaha untuk mengikhlaskan,

😊