Senin, 23 November 2020

The dream

Pernahkah kamu merasa merindukan sesuatu yang bahkan tidak pernah terjadi pada hidupmu?

Pernahkah kamu merasa memiliki sesuatu yang bahkan tidak pernah terlintas di pikiranmu?

Pernahkah kamu mencintai sesuatu yang bahkan tidak pernah kamu rasakan ada di hatimu?

***

Aku terbangun malam itu. Dengan usaha yang sangat keras dan melelahkan. Pertemuan singkat itu, antara aku dan kamu, adalah hal yang mustahil terjadi. Lagi, lagi, dan lagi kamu datang. Tanpa pernah aku harapkan untuk hadir.

Kesadaranku mulai kembali seutuhnya. Mimpi ini sungguh menguras seluruh tenagaku. Lelah rasanya menjalani hal yang tidak pernah terjadi dalam hidupku. Setelah kuhitung, sudah beberapa tahun lamanya kita tidak berjumpa. Tapi senyum itu, masih sangat jelas dalam ingatan.

Kembali lagi aku ke dalam lamunan lama. Menyatukan serpihan kecil ingatan antara kita berdua. Rasanya sangat samar, karena lebih sedikit hal yang bisa kuingat. Sekeras apapun aku mencoba untuk menghapus memori ini, tetap masih ada yang tertinggal. Ternyata kamu tidak semudah itu untuk kusingkirkan.

Well, bagaimanapun juga rasa pilu ini menjadi satu-satunya pengingatku. Bahwa kamu nyata, pernah benar-benar ada. 

Walau waktu tidak mengizinkan kita untuk terus berjalan bersama. Waktu telah memberikanku banyak pelajaran, bahwa merelakan sesuatu bisa membuatku bahagia. 
Lebih bahagia dari masa itu..

Minggu, 31 Mei 2020

Dear You,

Di matamu masih tergambar jelas
Besar pilu kenangan saat itu
Saat senja mulai berakhir
Gelap malam menyelimuti indah matamu
Tanpa ada warna lain yang menerangi
Hanya hitam yang menemani

Senyum kekecewaan yang kau berikan
Bagaikan pedang yang menancap jantungku
Membuatku diam tak berdaya
Bagaikan garam yang menerpa mataku
Menghasilkan pedih yang menyiksa
Bagaikan tali yang mengikat leherku
Membuatku sulit untuk bernapas

Aku ingin memelukmu untuk waktu yang lebih lama
Agar kamu bisa mengerti sesuatu yang aku rasakan yang tidak dapat aku katakan
Agar kamu mengerti bahwa ini bukanlah hanya tentangku
Semua ini adalah tentangmu, orang yang sangat aku pedulikan

Mungkin kita memiliki sudut pandang yang berbeda
Apa yang menurutku benar, belum tentu benar di matamu
Tapi ketahuilah, aku berusaha melihat segala hal dari sisimu
Ketahuilah bahwa saat kamu berpikir aku telah menyakitimu, aku lah yang terlebih dahulu tersakiti oleh diriku

Maafkan jika kepedulianku menghancurkanmu
Aku tidak bermaksud mengubahmu menjadi seorang monster
Monster yang lahir dari sebuah kekecewaan
Yang menghancurkan dirimu sendiri lebih dalam

Ketahuilah, bagaimanapun itu. 
Aku masih tetap menjadi diriku. 
Diriku yang dulu kamu kenal.

Selasa, 26 Mei 2020

May-Day

Mengawali sebuah cerita bukanlah hal yang mudah. Bukan karena awal sebagai penentu akhir, tetapi karena awal adalah permulaan dari segala hal yang akan terjadi selanjutnya. 
Awal adalah hal yang paling tidak aku sukai. Mengawali sesuatu adalah hal yang paling menyulitkan untukku. Tidak, bukan berarti aku egois sebagai pemeran utama dalam sebuah cerita.
Aku bukanlah orang yang menyukai pertemuan yang harus diakhiri. Walaupun aku tahu bahwa tidak ada hubungan yang kekal di dunia ini dan banyak orang yang berusaha keras mempertahankan hubungan agar tidak menemui akhir.
Setiap proses sudah ditakdirkan pada dimensi yang sudah semestinya terjadi. Aku melihat banyak sekali awal yang datang dalam hidupku, seiring banyaknya hal yang ikut pergi darinya. Aku percaya semua ini sudah menjadi jalan yang seharusnya aku lewati. Tapi melihat semua ini terjadi begitu cepat, membuatku ingin berhenti sejenak. Berhenti dari pilu yang ada, berhenti dari segala kegelisahan yang hadir, dan berhenti dari segala siklus yang dapat menjadikan aku semakin hari semakin takut. Takut akan kehilangan yang teramat besar dalam hidupku. 
Ya, kehilangan jati diriku.
Mungkin hanya perasaanku saja, tetapi rasanya aku kembali (lagi) menyusun benteng pertahanan yang sudah terlihat retak. Banyak perlawanan yang membuat benteng ini lelah menahannya. Banyak sekali goresan luka yang terlihat memenuhinya sehingga benteng tersebut tidak terlihat kokoh sebagaimana mestinya.
Aku bukan tidak menerima kepergian seseorang dari hidupku. Aku selalu menyadari apapun yang datang pada akhirnya akan pergi. Itu adalah rahasia semesta. Walaupun semua ini sangat melelahkan untukku, aku selalu berusaha menerima semua ini dengan akal sehatku. Tapi ternyata tidak hatiku. 
Seperti kata pepatah "dalamnya lautan dapat diukur, dalamnya hati manusia tidak ada yang tahu".
Dan pada akhirnya aku hanyalah kenangan yang tinggal sejenak pada hidup seseorang. Yang hanya lewat tanpa diharapkan..

Jakarta, 25 Mei 2020 21:53

Sabtu, 16 Mei 2020

Hujan

Hai hujan,
Dimana hari ini kau turun? 
Masih dapatkah aku merasakan dinginnya dirimu?
Ramainya teriakanmu
Dan derasnya luapan cintamu
Kepadaku, orang yang selalu menunggumu
Di tempat yang sama saat kau meninggalkanku

Hai hujan,
Apakah cukup matahari menghilangkan segala rasa yang kau berikan?
Dingin yang menusuk
Perih yang membasuh
Kepada setiap orang yang nekat melewatimu
Tapi tidak untukku
Karena kamu adalah hal yang selalu kurindu
Hal yang selalu kuharap bisa mengerti rinduku

Hujan...
Maukah kau berbagi tempat untukku lagi
Agar aku dapat sekali lagi hidup dalam dinginmu
Agar aku dapat sekali lagi mendengar segala teriakanmu
Agar aku dapat terus merasakan kehadiran dirimu di hidupku

Hujan, maaf jika semua ini egois untukmu
Tapi rindu ini sudah tidak bisa lagi ku bendung
Rindu ini sudah berteriak, meronta, dan berharap suatu saat kamu dapat mendengarnya
Walaupun dia tidak tau bagaimana cara menyampaikannya
Walaupun dia hanya bisa berteriak membisu
Dan berharap rindu ini dapat tersampaikan kepadamu

Hujan,
Aku sangat rindu.

Sabtu, 04 April 2020

Not an April Mop

Sangat mudah rasanya untuk mengatakan apa yang ingin kita lakukan. 
Tetapi mengimplementasikan sesuatu adalah hal yang cukup berat. 
(Especially for me)

Malam ini aku termenung di teras rumah, memandang terang bintang di langit. Mencoba menarik diri ke masa lampau. Memikirkan segala hal yang pernah aku harapkan (bisa) terjadi. 

Sesekali aku tersadar bahwa banyak hal yang masih tertinggal. Satu persatu coretan mulai hadir dalam ingatan.

Aku berhenti di satu titik. 
Titik dimana (kurasa) sering menjadi sebuah kegagalan untukku. 
Prioritas yang sering (atau mungkin selalu) aku lupakan. 

Ya, menjadi diri sendiri.
Aku pikir, melihat ke kaca sudah cukup membantu diriku untuk mengenali diri sendiri. 
Sudah hidup selama 22 tahun di dalam tubuh ini dapat membuat aku mengenali diri ini. 
Tapi ternyata tidak. 

Hari demi hari berlalu, aku merasa semakin asing dengan diriku sendiri. Jangan tanya mengapa, karna aku bukanlah pemberi jawaban terbaik dalam masalah ini. 
Yang kutahu adalah, aku terlalu larut dalam memprioritaskan hidup orang lain. Terlalu takut untuk memilih jalan dan berjalan sendiri.
Ya! Ketakutan adalah musuh terbesarku.
Dan aku sangat membenci menjadi seorang pengecut. 
Pengecut yang selalu takut mengecewakan orang lain sehingga mengecewakan diri sendiri. 
Pengecut yang selalu ingin terlihat membahagiakan orang lain sehingga melupakan kebahagiaan sendiri. 
Pengecut yang rela berkorban demi orang lain sehingga mengorbankan diri sendiri.

Tolong...
Cukup aku saja yang menjadi pengecut seperti ini.
Kalian jangan :)